BANDUNG, AZYNEWS- Kini, Kota Bandung memiliki wisata edukasi cocok dikunjungi bersama keluarga yang ingin kulineran sambil belajar mengolah sampah atau barang bekas menjadi barang berharga.
Warung Kebon (Warbon) Cipadung Kulon, jadi lokasi wisata edukasi yang menawarkan sensasi berbeda tersebut. Pengunjung bisa belajar mengolah sampah menjadi prakarya bernilai ekonomi bareng Komunitas Rastik.
Warung Kebon Cipadung Kulon berlokasi di RW 10, dekat kantor Kelurahan Cipadung Kulon, Kecamatan Panyileukan. Lokasi wisata edukasi ini menawarkan integrasi urban farming.
Melansir situs resmi Citarum harum Juara, Warbon Cipadung Kulon berdiri sejak Mei 2021 di lahan seluas 3.000 meter persegi yang ditanami berbagai varian agro edukasi.
Di jalur kanan, terdapat tanaman sayuran hijau berjajar. Ada cabai, sawi, pakcoy, jeruk nipis, tomat, dan terong.
Ada juga tanaman buah dan herbal di lahan seberangnya, seperti kumis kucing, lavender, pohon mangga, dan rambutan. Bahkan ada pula tanaman telang yang sedang hits belakangan ini.
Bukan hanya tanaman, pengunjung juga bisa melihat lima rumah lebah di sini. Ada pula satu bangunan menarik, yakni leuit.
Leuit adalah tempat menyimpan persediaan beras bagi masyarakat Sunda pada zaman dulu. Bentuknya mirip rumah panggung mini. Bangunannya terbuat dari kayu dan anyaman bambu.
Kepala Pengelola Warbon, Hani Yuhani menjelaskan, di lokasi ini ada sejumlah hewan ternak tergolong dalam kategori langka dan unggul, misalnya lebah. Lebah di sini termasuk jenis primitif, yakni lebah klanceng.
“Orang-orang juga biasanya sebut dengan nama madu trigona. Madu ini termasuk jenis yang lumayan mahal karena lebahnya juga merupakan jenis langka ya. Tergantung berapa mililiter (ml). Untuk 200 ml saja itu kira-kira bisa sampai Rp170.000,” ucapnya.
Tak hanya lebah, ada pula ternak unggul lainnya seperti ayam pelung, ayam ciung, dan bebek.
Pengunjung bisa melepas lelah sambil di warung jajanan yang tersedia. Di warung ini, tersedia aneka kuliner, termasuk dari hasil olahan sayur dan buah organik maupun anorganik.
“Tujuan dari Warbon ini memang untuk mengedukasi masyarakat, terutama kaum muda agar lebih melestarikan lingkungan. Sekaligus pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar,” kata Hani.
Bagi Hani, sekarang sudah bukan lagi zamannya ‘Jangan buang sampah sembarangan’, tapi harus berganti ke ‘Olah sampah-sampah jadi bernilai ekonomi’.
“Kita ajarkan masyarakat memilih sampah dan mengolahnya. Ada yang jadi bahan kerajinan seperti dompet. Ada juga yang berupa pupuk cair organik (PCO) dan pupuk kering. Hasil panen tanaman juga kita bantu pasarkan lewat online,” tuturnya.
Untuk memperluas gerakan cinta lingkungan, Warbon juga membuka peluang untuk siswa-siswi Bandung yang ingin melakukan praktik kerja lapangan (PKL).
“Di sini ada 10 orang yang magang. Kita belajar cara membuat PCO, bikin virgin coconut oil, bikin biokomposter juga. Senang, jadi belajar banyak tentang lingkungan di sini,” ungkapnya.
Dengan adanya siswa yang melakukan PKL di Warbon, Hani berharap, mereka bisa menjadi agen perubahan untuk membuat lingkungan Kota Bandung menjadi lebih baik lagi ke depannya.
Warbon ini juga menjadi pusat kegiatan para aktivis lingkungan. Salah satu yang terlibat ialah komunitas Barang Bekas Antik (Rastik).
Founder dan creator Rastik, Enie Mualifah mengatakan, pengunjung yang datang ke Warbon bisa belajar membuat prakarya menggunakan barang-barang bekas elektronik.
“Tiap Selasa kami datang kesini untuk memberikan pelatihan cara mengelola limbah elektronik jadi beragam karya seni yang antik,” paparnya.
Beberapa hasil karya di stan Rastik yang ada di Warbon ini, antara lain gelas dari bambu, pot dari bekas teko, dan lampu hias pajangan dari bekas barang-barang elektronik. (Red./Beni)
0 Komentar